Ceritaku

Jembatan itu Memisahkan Kita…

Aneh dan lucu, ini menjadi kisah terindah selama yang tak kan pernah kulupakan, kalau mengingat hal ini aku ingin tertawa sendiri, sungguh bodohnya diriku… berikut ceritanya (tapi jangan bilang siapa-siapa ya…)
Rabo (13-02), sekitar sore harian jam 15.30 WIB, setelah sholat ashar, seperti biasa, aku ke sekretariat BEM FMIPA ITS, maen-maenlah… ternyata si Aliq mengajakku untuk sejenak melihat suasana LKMM TM FMIPA ITS perdana di Pusdiklat Hanundas Kenjeran Surabaya. Yang jadi pertanyaan besar bagi diriku adalah, “siapa yang akan dibonceng dan membonceng?” lha, masa’ aku dibonceng sama cewek, apa kata dunia?. Nah, kalau aku yang bonceng Aliq, bisa gak? aku gak ada SIM, aku buta jalan surabaya… dan dengan modal nekad, so berangkatlah diriku dan Aliq ke Kenjeran, posisi aku sebagai yang nyetir dan Aliq yang berada dibelakangku…
perbaikan-jalan.jpg
Sampai di Mulyosari, tak ada problem, berjalan mulus… konon katanya banyak polisi disini, toh gak terbukti…! berjalan lagi sampai akhirnya ada perbaikan jalan (tepatnya jembatan yang diperbaiki), jalannya menanjak keatas, dengan sudut lebih dari 45 derajat, hanya beberapa meter sih, aku tak dapat mendeskripsikan secara mendetail disini, pokoknya jalannya kelihatan masih dalam perbaikan. Melihat jalan yang menanjak, aku bingung, “Aliq, ini masuk stater berapa?” tanyaku kebingungan. Kata Aliq bahwa tidak mengapa masuk tiga, yang penting aku ngebut. Ya wislah, bagi orang yang belum ada pengalaman soal sepeda motor, aku ya nurut aja… akhirnya benar juga dugaanku, ditengah-tengah tanjakan, sepeda motor gak kuat menyelesaikan pekerjaannya, aku perbesar lagi tarikannya dan dibantu orang-orang disekitar, berhasillah melewati tanjakan tersebut.
Aku pun melanjutkan perjalanan dengan santainya, tenang karena jalan mulus walau banyak aktivitas warga sekitar… tak beberapa lama, ada pria bersepeda motor melewati aku, dan bilang… “Mas boncengannya tertinggal…“. Aku kaget, kuhentikan sepeda motorku, dan benar banget, Aliq gak ada di belakangku, kemana dia?
Aku melihat kebelakang, kulihat Aliq tertawa dan menunjukku, dia berjalan ke arahku sambil menahan tertawa, orang-orang disekelilingku juga tertawa, sungguh bodohnya diriku hingga meninggalkan boncenganku yang juga seorang manusia…

7 thoughts on “Jembatan itu Memisahkan Kita…

  1. Kebangetan emang…masa sampe nggak sadar boncengannya raib…
    btw aku mohon izin nitip pesan disini :

    Kabar Duka dari Tano Batak

    Hutan alam Tele di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, sejak dua hari lalu sudah mulai ditebang dengan gergaji mesin. Targetnya hutan heterogen seluas 2.250 hektar akan dipangkas bersih untuk dijadikan lahan perkebunan bunga. Investornya dari Korea.

    Dengan ini kami, Komunitas TobaDream mohon dukungan kawan-kawan sesama blogger Indonesia untuk bersama-sama memberi tekanan; agar pembabatan hutan pusaka itu dihentikan. Caranya, berilah komentar dukunganmu pada artikel di :

    http://ayomerdeka.wordpress.com/

    Terima kasih!

  2. dYuH..
    dyUh….
    kacIaN baNGeT nTu si WuLan Jameela, hehe…

    aBieS nTu ga dikiriM kE RS. MenUr maS???
    hehe, yaNg giLa yAng Mana Ney, yaNg niNggaLin bOncEngan or yaNg diBoncEng, or kEduaDuaNya..

    Hehe, Oia, KaLiaN sELinGkuH Yaww…

    HayOo tAk biLangIn AhMad DhaNy””’

    ^^ Sssssssssttt… rahaSia YaWw!!!!

  3. mas mw tanya, klo seandainya bukan yang namanya “Aliq” yang dibonceng, apakah akan tetap menjadi “kisah terindah” ???hehehe…

  4. nih mulan jameela…ups maksudnya budhe aliq. iya ya…emang kejadian yang konyol dan menggelikan. apa karena aku kurus jadi raib dari boncengan pun kmu ga ngerasa. ya dah klo itu alasannya ntar aq naikin berat badanq. tp cucah buanget….may ntar klo dah nikah agak gemukan dikit yach he he he

Balas Komentar Ini