Berani Beropini · Ceritaku · Resensi

Si Doel the Movie, Nostalgia yang Belum Tuntas

Resensi Si Doel the Movie – [Spoiler Alert] Sudah lama nggak nulis resensi film, nih. Kali ini aku pengen berbagi cerita tentang Si Doel the Movie. Kenapa Si Doel? Karena bagiku, Si Doel bukan hanya sekedar cinta segitiga antara Doel-Sarah-Zaenab, tapi lebih dari itu. Aku melihat ada kehangatan keluarga di sana, karakternya sangat kuat sampai aku merasa mereka beneran ada di sekitar kita. Pun demikian juga cerita yang dihadirkan setiap episodenya, sederhana, bermakna, mudah dicerna dan relevan dengan masyarakat Indonesia.

Bagi yang menyaksikan Si Doel Anak Gedongan, mungkin tau bagaimana cerita terakhirnya. Zaenab yang justru terkesan sebagai Pelakor dan bikin Sarah kabur ke Belanda.

Film dibuka dengan Doel dan Mandra yang pergi ke Belanda. Keberangkatan Doel untuk mengantar barang-barang khas Betawi pesanan Hans (sepupu Sarah) yang akan mengikuti Tong Tong Fair. Tujuan nggak sekedar itu, Hans ternyata sudah menyiapkan skenario pertemuan Doel dan Sarah setelah 14 tahun terpisah, padahal saat itu Si Doel sudah menikah sama Zaenab.

Kisah Atun – Mas Karyo, Mandra dan Ahong

Kehadiran Mandra mungkin awalnya annoying, bawel, lebay, cari ribut pokoknya. Namun, di scene-scene selanjutnya, Mandra justru yang “menghidupkan” kegaringan cerita film yang mulai datar.

Ohya, Mandra diceritakan belum nikah, entah gimana akhir cerita hubungannya dengan Munaroh atau Parti. Nggak dijelaskan dengan detail.

Atun menjadi single parent, Mas Karyo meninggal 5 tahun lalu. Buah hati mereka sekarang sudah menginjak remaja. Atun juga lah yang menjadi penguat Zaenab yang dilanda kegalauan menunggu kabar dari Si Doel di Belanda. Gimana nggak galau, Si Doel cuma 1x doang hubungi Zaenab. Sementara Zaenab juga enggan menghubungi duluan karena takut ganggu, duhhh… Atun ini yang meyakinkan Zaenab bahwa apapun yang terjadi Si Doel akan tetap memilihnya daripada Sarah. Cinta Zaenab pada Doel memang tulus.

Kegalauan Zaenab yang nungguin kabar dari Bang Doel

Begitu juga cinta Ahong ke Zaenab. Bahkan Ahong masih betah menunggu Zaenab, dia belum menikah, pedih sekali kisah cintanya. Bagian ini diceritakan saat Ahong ngejenguk Mak Nyak.

Mak Nyak. Ini juga bikin haru, Mak terkena Glukoma hingga matanya jadi buta. Mak juga diceritakan pernah jatuh dari kamar mandi, hingga dirinya lumpuh, dan hanya bisa berada di kasur saja.

Sebelum Si Doel pergi ke Belanda, Mak Nyak udah wanti-wanti sama Doel agar nggak ketemu sama Sarah. Ya buat apa menemui orang yang ninggalin kita bertahun-tahun, lagipula Si Doel juga udah punya istri, Zaenab yang patuh dan selama ini ngerawat Mak Nyak.

Sarah dan Si Doel Bertemu

Detik-detik Bang Doel ketemu Sarah

Si Doel bertemu Sarah di Museum Troopen, sendirian. Mandra dan Hans nggak tau ke mana. Saat bertemu istri pertamanya, Si Doel tetap cool, nggak menunjukkan kekangenan gitu, mungkin karena Rano Karno kurang berani beradegan mesra kali dengan Cornelia Agatha, Imho. Sementara, Sarah yang justru terkesan lebih agresif dari Si Doel, yang banyak ngomongnya menceritakan kehidupannya semenjak meninggalkan Si Doel.

Di film ini kita akan tau kenapa Sarah meninggalkan Si Doel. Sarah pergi karena saat Si Doel yang waktu itu menolong Zaenab yang keguguran. Kecemburuan Sarah memuncak, hingga akhirnya pergi ke Belanda. Sejak saat itu, Sarah tak kembali.

Sekedar flashback ya: Sebelumnya Zaenab sudah nikah sama Hendry, bahkan sudah hamil. Namun saat itu Ibu Hendry meninggal, dan membuatnya depresi hingga seakan cuek dengan Zaenab yang hamil tua. Cerita ini ada di Si Doel Anak Gedongan

Si Doel tak tau harus berbuat apa, tak tau harus mencari Sarah ke mana. Usahanya buntu karena keadaan ekonomi si Doel saat itu yang tak menentu. Sarah pergi dengan mengandung anak Si Doel saat itu.

Anak Si Doel dan Sarah bernama Abdullah, juga dipanggil Doel yang dalam Belanda berarti Tujuan. Sarah ingin Abdullah tumbuh menjadi pria yang punya tujuan hidup. Menurut Sarah, Abdullah terus-terusan menanyakan siapa ayahnya, Abdullah tentu ingin ketemu dengan ayah yang belum pernah dia lihat sejak ia lahir.

Si Doel akhirnya pun bertemu Abdullah di rumah Sarah. Kehadiran anak Abdullah, sangat canggung, terkesan sinis kepada ayahnya sendiri. Si Doel pun masih datar, nggak say hi atau memeluk anaknya. Nggak tau deh kenapa gini banget ceritanya, hahaha.

Ending yang Tak Tuntas

Di akhir film, emosi Abdullah akhirnya meluap. Kerinduan selama 14 tahun tumpah oleh air mata saat di Bandara, ketika Si Doel dan Mandra pulang ke Indonesia. Abdullah merengek tersedu, khas anak-anak yang memohon agar bapaknya nggak pulang.

Cerita pun makin dramatis karena Sarah meminta Si Doel menceraikannya..

“Ceraikan aku, Doel” ucap Sarah di akhir pertemuan itu. Yup, Si Doel emang nggak pernah menceraikan Sarah. Jadi secara legal, Sarah saat itu masih menjadi istri Si Doel.

Film selesai, udah itu doang. Cerita emang belum tuntas, masih ada kelanjutannye. Tahun depan Sarah dan Doel kecil pulang ke Indonesia, konflik mungkin akan dimulai, di saat Zaenab baru melahirkan, dan harus menghadapi kenyataan kalau rivalnya kembali. Entah apa si Doel jadi menceraikan Sarah apa nggak. Entah apa yang terjadi selanjutnya.

Satu tiket bioskop seharga Rp40.000 sangat worth it untuk sekedar bernostalgia walau belum tuntas. Sekedar mendengar intro lagu legendaris, “Anak Betawiiiiii…. Ketinggalan jaman… Katenye….”. Sekedar melihat Oplet, warung, rumah dan perabotannya yang legendaris, hingga tanjidor yang menjepit Atun, masih sama dengan 26 tahun yang lalu, sungguh haru.

Btw, aku nggak ngikutin benar cerita Si Doel Anak Gedongan nih, kalau ada yang salah, silakan dikoreksi ya! Thank you.

Balas Komentar Ini